Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
MAKALAH
TIGA KERAJAAN BESAR ISLAM
Semester :
V (Lima)
Dosen
Pembimbing
Rusli, S.Ag.,MA
JURUSAN
TARBIYAH
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BUTON
PASARWAJO
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang
mana telah memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah yang berjudul “Tiga Kerajaan Besar Islam”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam pada
Universitas Muhammadiyah Buton (UMB).
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing
kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Kami
menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan
makalah ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga
terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai
amal sholeh di hadapan Allah SWT. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setelah
khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan
politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekukasaannya
tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling
memerangi dan menjatuhkan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih luas
lagi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat
serangan bangsa Mongol itu. Tentara Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk juga mengahancurkan
pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain dan membakar habis ribuan buku ilmiah
karya sarjana muslim.
Keadaan
politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar Islam, yaitu Utsmani di Turki,
Mughal di India, dan Syafawi di Persia. Kerajaan Utsmani, disamping yang
pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua
kerajaan lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas penulis menarik sebuah masalah yaitu:
1. Bagaimana
sejarah tentang Kerajaan Utsmani di Turki?
2. Bagaimana
sejarah tentang Kerajaan Syafawi di persia?
3. Bagaimana
sejarah tentang Kerajaan Mughal India?
C.
Tujuan
Penulis
Adapun tujuan dari makalah ini
adalah :
Untuk mengetahui dan menambah
wawasan Mahasiswa tentang Sejarah Tiga Kerajaan Besar Islam dan sekaligus sebagai
bahan diskusi atau belajar kelompok.
BAB ll
PEMBAHASAN
TIGA KERAJAAN BESAR
ISLAM
A.
Kerajaan
Utsmani Di Turki
1.
Asal-usul
Kerajaan Utsmani
Pendiri
kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol
dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira 3 abad, mereka
pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad
ke 9/10 M ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Pada
abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka
melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya
yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Dibawah pimpinan
Ertoghrol, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang
berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat
dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil yang
berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya
dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.
Ertoghrol
meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, yaitu
Utsman. Utsman memerintah antara tahun 1290 – 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia
banyak berjasa kepada Sultan Alaudin II dengan keberhasilannya menduduki
benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300
M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan sultan Alaudin ll terbunuh.
Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil.
Utsman-pun mengantikan Sultan Alaudin ll dan menyatakan kemerdekannya dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsmani
dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut
Utsman I.
2.
Perkembangan
Kerajaan Utsmani
Setelah
Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usmani (Raja besar keluarga
Usman) pada tahun 699 H (1300 M), wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia
menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Broessa tahun 1317 M,
kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada
masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Turki Utsmani ini dapat menaklukkan Azmir,
Thawasyanli, Uskandar, Ankara dan Gallipoli. Selain memantapkan keamanan dalam
negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa.
Merasa
cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang.
Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki
Utsmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan
sekutu Eropa tersebut.Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan
dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi
antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut
membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Utsmani yaitu banyaknya
penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan
Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I
(1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan
dan perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Usaha
beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).Turki Utsmani
mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad
Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada
tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. putra
Sultan Salim I, yaitu Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak,
Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau ini merupakan puncak
keemasan dari kerajaan Turki Utsmani. Sebab, setelah Sultan Sulaiman I
meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya dan itu
menyebabkan kerajaan Utsmani mulai mengalami kemunduran. Akan tetapi, meskipun
terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa bberapa abad masih
dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer.
3.
Kemajuan
Kerajaan Utsmani
Kemajuan
dan perkembangan ekspansi kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung
dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang
kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bidang
Militer dan Pemerintahan
Kekuatan
militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur pada masa
pemerintahan Sultan Murad l. Tahap selanjutnya Orkhan mengadakan perombakan
dalam tubuh organisai militer dalam bentuk mutasi personil pimpinan dan
perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai
anggota. Progam ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru
yang disebut jenissari dan inkisyariyah. Pasukan ini yang dapat
mengubah Negara Utsmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penakhlukan negeri non muslim. Factor utama yang
mendorong kemajuan ini ialah tabiat bangsa turki itu sendiri yang bersifat
militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.
Keberhasilan
ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemeritahan yang
teratur. Untuk mengatur pemerintahan Negara, dimasa Sultan Sulaiman l. disusun
sebuah kitab undang-undang(qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur,
yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya
reformasi pada abad 19.
b. Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Turki
Utsmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang militer,
sementara dalam ilmu pengetahuan mereka tidak begitu kelihatan menonjol. Namun
demikian, mereka banyak berkiprah dalam pembangunan yang indah seperti Masjid
Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih. Ada juga Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi
Ayyub al-Anshari. Dan Aya Sophia merupakan masjid yang terkenal karena
keindahan kaligrafinya yang asalnya adalah gereja kristen Pada masa Sulaiman di
kota-kota lainnya juga banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, makam
jembatan, saluran air, vila dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah
bangunan itu dibangun dibawah coordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
c. Bidang
Keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar dalam sosial politik.
Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
4.
Kemunduran
Kerajaan Utsmani
Kemunduran
Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan
karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal
diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti
Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian
yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang
mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin
memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor
tersebut, ada beberapa factor lain yang menyebabkan Kerajaan Utsmani mengalami
kemunduran. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wilayah
kekuasaan yang sangat luas dan tidak diimbangi dengan penataan sistem
pemerintahan yang baik.
2. Pemberontakan
tentara jenissari
3. Penguasa
yang tidak cakap
4. Kemerosotan
perekonomian Negara
5. Stagnasi
di bidang ilmu dan tekhnologi
6. Budaya
pungli
7. Heterogenitas
penduduk
B.
Kerajaan
Safawi Di Persia
1.
Asal-usul
Kerajaan Safawi
Kerajaan
Safawi ini berasal dari gerakan Tarekat di Ardabil sebuah kota di Azerbeijan
(wilayah Rusia) yang berdiri hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan
Utsmani di Turki. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya safi al-Din (1252-1334M).
Kerajaan Safawiyah menganut aliran syi’ah dan ditetapkan sebagai madzhab
negaranya. Safi al-Din keturunan dari imam syi’ah yang keenam Musa al-Kazhim.
Dalam waktu yang tidak lama tarekat ini berkembang pesat di Persia, Syiria, dan
Asia kecil.
Kecenderungan
memasuki dunia politik, hal itu mendapat wujud konkritnya pada masa
kepemimpinan Juneid (1447-1460). Dinasti Syafawi memperluas gerakannya dengan
menambahkan kegiatan politik selain kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan
keagamaan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu
(Domba Hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam
konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Dari tempat baru
ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Baki, Ak-Koyunlu, juga salah
satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu
menguasai sebagian besar Persia. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut
Sircassia tetapi pasukan pimpinannya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh
dalam pertempuran tersebut.
Ketika
itu anak Juneid, Haidar masih kecil dan dalam pengasuhan Uzun Hasan. Ketika itu
kepemimpinan gerakan Syafawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi. Pada
tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun hasan semakin erat setelah Haidar
mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail
yang di kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Syafawi di Persia.
2.
Perkembangan
Kerajaan Safawi
Di
bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash (Baret Merah)
menyerang dan mengalahkan Ak-Koyunlu di Sharur, dekat Nakhchivan. Pasukan ini
terus berusaha memasuki dan menakhlukkan Tabriz, Ibu Kota Ak-Koyunlu dan
berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan
dirinya sebagai raja pertama Dinasti Syafawi. Ia disebut juga Ismail I.
Ismail
I berkuasa sekitar 23 tahun (1501-1524 M). Pada sepuluh tahun pertama ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia dapat menghancurkan sisa-sisa
kekuasaan Ak-Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi kaspia si
Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1505-1507 M) Baghdad dan daerah barat daya Persia
(1508 M), Sirwan (1509 M), dan Khurasan (1510 M). Hanya dalam waktu sepuluh
tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur
Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).
Peperangan
dengan Turki Utsmani terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat
Tabriz. Karena keunggulan organisasi militer kerajaan Utsmani, dalam peperangan
ini Ismail l mengalami kekalahan, malah Turki Utsmani di bawah pimpinan Sultan
Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Syafawi terselamatkan dengan pulangnya
Sultan Utsmani ke Turki karena terjadi perpecahan dikalangan militer Turki di
negerinya.
Rasa
permusuhan dengan kerajaan Utsmani terus berlangsung sepeninggal Ismail.
Peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada zaman
pemerintahan Tahmasp I (1524 - 1576 M), Ismail II (1576 - 1577 M) dan Muhammad
Khudabanda (1577 - 15873 M). Pada masa tiga raja tersebut, kerajaan Syafawi
dalam keadaan lemah. Disamping karena sering terjadi peperangan melawan
kerajaan Utsmani yang lebih kuat, juga karena sering terjasi pertentangan
antara kelompok-kelompok di dalam negeri.
Kondisi
memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja Syafawi kelima, yaitu Abbas I
naik tahta (1588 - 1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I untuk
memulihkan politik kerajaan Syafawi adalah sebagai berikut:
Pertama,
mengurangi dominasi pasukan Qizilbash denan cara membentuk pasukan baru yan
direkrut dari budak tawanan peran bangsa Georgia, Armenia, Sircassia. Kedua,
mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani, yaitu ia rela melepaskan
wilayah Azerbaijan, Georgia, dan sebagian wilayah lainnya. Dia juga berjanji
tidak akan menghina Abu Bakar, Umar, Utsman. Sebagai jaminan atas perjanjian
itu, ia menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.
Langkah-langkah
yang dilakukan Abbas l tersebut berhasil membuat kerajaan Safawi menjadi kuat
kembali. Ia kembali melirik wilayah-wilayahya dulu yang sempat lepas. Kemudian
Abbas l menyusun kembali kekuatan militer yang kuat. Setelah kekuatan
militer terbina dengan baik, ia berusaha merebut kembali wilayah kekuasaannya
dari Turki Utsmani. Pada tahun 1602 M, disaat Tuki Utsmani berada dibawah
kepemimpinan Sultan Muhammad ll, Abbas l menyerang dan berhasil menguasai
Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan kota-kota Nakchivan, Erivan, Ganja, dan
Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M. Selanjutnya pada tahun 1622 M pasukan
Abbas l berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi
pelabuhan Bandar Abbas.
3.
Kemajuan
Kerajaan Safawi
Masa
kekuasaan Abbas l merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politik ia
mampu mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas
Negara dan berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang
sebelumnya lepas tersebut oleh kerajaan Utsmani.
Selain
itu kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan dalam beberapa bidang, antara lain:
a. Kemajuan
bidang ekonomi
Bukti
nyata perkembangan perekonomian Safawi adalah dikuasainya kepulauan hurmuz dan
pelabuhan Gumrun kemudian diubah menjadi Bandar Abbas pada masa Abbas l. Maka
salah satu jalur dagang yang menghubungkan antara timur dan berat sepeenuhnya
menjadi milik kerajaan Safawi. Selain itu kerajaan Safawi juga mengalami
kemajuan di sector pertanian terutama di daerah Buan Sabit Subur (fortile
crescent).
b. Kemajuan
bidang ilmu pengetahuan
Bangsa
Persia dalam sejarah Islam dianggap berjasa besar dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Maka tidaklah heran apabila kondisi tersebut terus
berlanjut, sehingga muncul ilmuan seperti Baha al-Din asy-Syaerozi, Sadar
al-Din asy-Syaerozi, Muhammad al-baqir al-Din ibn Muhammad damad, masing-masing
ilmuan dibidang filsafat sejarah, teologi dan ilmu umum.
c. Kemajuan
bidang seni dan pembangunan fisik
Kemajuan
seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang
memperindah ibukota kerajaan ini. Sejumlah sekolah, masjid, rumah sakit,
jembatanyang memanjang diatas Zenderud dan istana Chihisutun. Kota Isfahan juga
diperindah dengan kebun wisata.
4.
Kemunduran
Kerajaan Safawi
Sepeninggal
Abbas I, kerajaan Syafawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yang pada
masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Syafawi tidak menunjukkan grafik naik
dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.
Penyebab
kemunduran dan kehancuran kerajaan Syafawi adalah:
a. Konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
b. Dekadensi
moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Syafawi
c. Pasukan
Ghulam yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang tinggi seperti
Qizilblash
d. Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga
istana.
C.
Kerajaan
Mughal Di India
1.
Asal-usul
Kerajaan Mughal
Kerajaan
Mughol berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Kerajaan ini
termasuk dari tiga kerajaan besar Islam dan kerajaan inilah termuda. Awal
kekuasaan Islam di India terjadi pada masa khalifah Al-walid dari Dinasti Bani
Umayah, di bawah pimpinan Muhammad Ibnu Qosim.
Kerajaan
Mughol di India dengan Delhi sebagai ibu kotanya, di dirikan oleh Zahirrudin
Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari cucu Timur lenk. Ayahnya bernama Umar
Mirza, penguasa Ferghana. Babaur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya
pada Usia 11 tahun. Karena dari kecil di didik sebagai seorang panglima, ia bertekad
dan berambisi akan menaklukan kota terpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand.
Pada mulanya Babur mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari
Raja Safawi kala itu yaitu Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand
(1494 M). Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan). Babur juga mampu menguasai Punjab (1525 M),
kemudian menguasai Delhi setelah bertempur di Panipat sebagai pemenang. Dengan
demikian, Babur dapat menegakkan pemerintahannya di sana, maka berdirilah
kerajaan Mughol di India(1525M).
2.
Perkembangan
Kerajaan Mughal
Sepeninggalan
babur tahun 1530 M, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bernama
Humayun. Walaupun Babur telah berhasil menegakkan Mughal dari serangan musuh,
namun Humayun tetap saja menghadapi tantangan. Selama roda kepemimpinannya,
kondisi pemerintahan tidak pernah stabil. Selain banyak menghadapi peperangan,
ia harus menghadapi gerakan pemberontakan Bahadur Syah penguasa Gujarat
dan pertempuran besar dengan Sher Khan di Kanauj pada tahun 1540 M. dan
pada tahun 1556 M, Humayun meninggal dunia.
Selanjutnya
Humayun digantikan anaknya yaitu Akbar yang berusia 14 tahun, karena ia masih
muda maka urusan kekeuasaan diserahkan pada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada
masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai keemasannya.
Setelah
Akbar dewasa, Akbar berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan aliran Syi’ah. Dan bairam
mengarakan pemberontakan pada tahun 1561 M, tetapi tetap bisa dikalahkan oleh
Akbar.
Keberhasilan
ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai kerajaan yang besar,
karena dua gerbang India yaitu Abul dan kota kandahar dikuasai oleh Akbar.
Kemajuan yang telah dicapai oleh Akbar dapat dipertahankan oleh tiga sultan
berikutnya, yaitu Jhangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb
(1658-1707 M). Ketiganya merupakan raja-raja besar Mughal yang didukung oleh
kekuatan militer yang sangat besar.
3.
Kemajuan
Kerajaan Mughal
a. Bidang
Ekonomi
Kerajaan
Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Di
sektor pertanian, komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik.
Hasil pertanian yang terpenting adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu,
sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
b. Bidang
Seni
1) Karya
seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun India. Penyair yang terkenal adalah Malik Muhammad
Jayazi.
2) Karya-karya
arsitektur yang indah dan mengagumkan antara lain:
§ Istana
Fatpur Sikri di Sikri, Cila dan Masjid-masjid yang indah pada masa Akbar
§ Taj
Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore pada masa Syah
Jehan.
c. Bidang
Ilmu Pengetahuan
Pada
masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin
bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama
berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa
–i-Alamgiri.
4.
Kemunduran
Kerajaan Mughal
Ada
beberapa factor yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal itu mundur pada satu
setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah:
a. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritime
Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil
dalam mengoperasikan persenjataan Mughal sendiri.
b. Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang Negara.
c. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi
oleh sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua
pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan.
BAB III
REFLEKSI
Pada
masa tiga kerajaan besar yang kami bahas dalam makalah ini merupakan awal dari
kemajuan kembali politik Islam, yang sebelumnya kekuatan politik islam
mengalami kemunduran yang sangat drastis, yang ditandai oleh runtuhnya Dinasti
Abbasiyah di Baghdad yang disebabkan oleh serangan dari tentara Mongol dibawah
kepemimpinan Timur Lenk yang memporak-porandakan pusat-pusat kekuasaan Islam
yang ada pada waktu itu.
Tiga
kerajaan besar ini diawali dari berdirinya kerajaan Utsmani di Turki pada tahun
1300M, kemudian diikuti dengan berdirinya kerajaan Safawi di Persia pada
tahun 1501M, dan selang waktu seperempat abad berdirilah kerajaan Mughal
di India pada tahun 1525M.
Kerajaan
Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
mongol dan daerah utara negeri China yang masuk Islam sekitar abad ke 9/10 M
ketika mereka menetap di Asia Tengah. Pada waktu itu mereka mendapat serangan
dan tekanan dari Mongol dan akhirnya mereka dibawah pimpinan Ertoghrol
melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara orang-orang Turki
Seljuk. Disana mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang
berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat
dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil yang
berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya
dan memilih kota Syukud sebagai ibukotanya.
Setelah
Ertoghrol wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, yaitu Utsman. Pada
tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan sultan Alaudin ll
terbunuh. Kemudian Utsman menggantikan Sultan Alaudin II dan Ia berkuasa penuh
atas daerah yang didudukinya dan sejak saat itulah kerajaan Utsmani dinyatakan
berdiri dan Utsman menjadi raja pertamanya(1300 M).
Kerajaan
Utsmani terus mengalami kemajuan dalam beberapa periode kepemimpinan sampai
pada puncak kejayaannya yaitu pada masa kepemimpinan Sulaiman I.Karena setelah
kepemimpinan sultan Sulaiman I usai, terjadi perebutan kekuasaan dan itu
menyebabkan kerajaan Utsmani perlahan-lahan mengalami kemunduran.
Kerajaan
Utsmani mengalami kemajuan di beberapa bidang diantaranya yang paling menonjol
dan yang menjadi cirri khas dari kerajaan utsmani adalah dalam bidang militer
dan pemerintahan yang ditandai dengan terbentuknya tentara militer jenissari
dan inkisyariyah. Keduanya itu adalah mesin perang yang paling kuat dan
memberikan dorongan yang amat besar dalam perluasan wilayah dan penakhlukan
negeri non muslim. Selain itu pada masa Sulaiman I juga berhasil menciptakan
undang-undang yang digunakan sebagai pegangan hukum kerajaan Utsmani pada waktu
itu.
Dalam
bidang intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki
Usmani, karena mereka lebih mementingkan bidang kemiliteran. Namun demikian
mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa
bangunan-bangunan masjid yang indah seperti Masjid al-Muhammadi (Masjid Jami’
Sultan Muhammad al-Fatih), Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub
al-Anshari. Dan juga Aya Sophia yang merupakan masjid yang terkenal karena
keindahan kaligrafinya yang asalnya adalah gereja Kristen. Dalam bidang
pendidikan, kerajaan Utsmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem
pendidikan madrasah yang tersebar luas yang mengajarkan nahwu (tata bahasa
Arab) dan Sharaf (Sintaksis), Manthiq (Logika), Teologi, astronomi, Geometri,
dan Retorika.
Seperti
yang kita ketahui tidak ada yang abadi di dunia ini begitu pula kerajaan ini,
kerajaan ini perlahan-lahan mengalami kemunduran setelah wafatnya Sulaiman I,
karena setelah beliau wafat terjadilah perebutan kekuasaan diantara
anak-anaknya dan itu menyebabkan kekacauan dan kemunduran kerajaan ini. Selain
itu terlalu luasnya daerah kekuasaan kerajaan ini dan tidak diimbangi dengan
pemimpin yang cakap, serta kemerosotan perekonomian dan juga pemberontakan
tentara jenissari menyebabkan kerajaan ini semakin kacau dan mengalami kemunduran.
Kemudian
kerajaan yang kedua adalah kerajaan Safawi. Kerajaan ini berasal dari gerakan
Tarekat di Ardabil sebuah kota di Azerbeijan (wilayah Rusia). Nama Safawiyah
itu diambil dari nama pendirinya safi al-Din (1252-1334M). Yang kami ketahui
kerajaan ini menganut aliran syi’ah dan ditetapkan sebagai madzhab negaranya,
dan dalam waktu yang tidak lama tarekat ini berkembang pesat di Persia, Syiria,
dan Asia kecil.
Pada
sekitar abad ke 15, Ismail dinobatkan sebagai raja kerajaan Safawi dan Ia
memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Syafawi (Ismail I).
Ismail I berkuasa sekitar 23 tahun (1501-1524 M). Sepeninggal Ismail I,
kerajaan ini sangat memprihatinkan karena 3 penguasa sesudah Ismail I dalam
keadaan lemah dan juga dampak dari peperangan melawan kerajaan Utsmani yang
lebih kuat.
Kondisi
yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi pada masa pemerintahan Abbas I, dan
menurut kami pada masa Abbas I inilah, kerajaan Safawi ini mengalami puncak
kejayaannya. Karena secara politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut didalam
negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut kembali beberapa
wilayah kekuasaannya yang sebelumnya lepas terebut oleh kerajaan Utsmani.
Dalam
kerajaan Safawi ini mengalami kemajuan dalam beberapa bidang. Yang menonjol
adalah dalam bidang perekonomian, tepatnya dalam sector perdagangan dan juga
pertanian. Hal ini dibuktikan dengan di bangunnya Bandar Abbas yang menjadi
salah satu jalur perdagangan dari timur ke barat yang itu semua sepenuhnya
milik kerajaan Safawi. Selain itu kemajuan di sector pertanian terutama di
daerah Bulan Sabit Subur (fortile crescent) karena disana memiliki tanah yang
amat subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam. Dibidang ilmu pengetahuan,
mereka berhasil memunculkan ilmuwan-ilmuwan seperti Baha al-Din asy-Syaerozi,
Sadar al-Din asy-Syaerozi, Muhammad al-baqir al-Din ibn Muhammad damad. Dalam
bidang arsitektur dan seni mereka berhasil membuat bengunan yang indah seperti
masjid, jembatan, sekolah, taman kota dll. Dan yang paling menonjol terlihat
pada Masjid Syah (1611 M), dan Masjid Syaikh Lutf Allah (1603 M) dan juga kebun
wisata di Isfahan.
Sepeninggal
Abbas I, kerajaan Syafawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yang pada
masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Syafawi tidak menunjukkan
perkembangan, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran. Konflik perebutan kekuasaan, dan kemrosotan moral para
pemimpinnya juga menjadi penyebab kemunduran kerajaan ini.
Kemudian
kerajaan yang ketiga yaitu kerajaan Mughal di India, yang kami ketahui kerajaan
ini berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Safawi tepatnya pada
tahun 1525M. Kerajaan ini didirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah
satu dari cucu Timur lenk. Zahirrudin Babur mendirikan Kerajaan Mughal dan
memilih Delhi sebagai ibukotanya.
Kerajaan
Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Di
sektor pertanian, komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik.
Hasil pertanian yang terpenting adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu,
sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
Kerajaan ini juga mengalami kemajuan di bidang seni arsitektur, seni arsitektur
yang indah antara lain Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di
Lahore pada masa Syah Jehan. Keduanya adalah masjid yang sangat indah dan luar
biasa.
Ada
banyak faktor yang membuat kerajaan ini mengalami kemunduran, diantaranya
terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer, kemerosotan moral dan
hidup mewah di kalangan pemerintahan, konflik antar agama yang sangat sukar
diatasi, Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kerajaan
Utsmani berasal dari suku bangsa pengembara Qoyigh Oghuz, beribukota di Syukud.
Pada tahun 1300 M, Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya
adalah Utsman yang sering disebut Utsman I. Dinasti Utsmani berkuasa kurang
lebih selama tujuh abad, dengan sekitar 36 sultan selama kekuasaannya. Pasukan
Janissary bentukan Orkhan yang terkenal tangguh merupakan pasukan pertama yang
berhasil menaklukkan beberapa wilayah sehingga daerah kekuasaan Utsmani semakin
luas. Peradaban yang dihasilkan meliputi bidang militer, pemerintahan, ilmu
pengetahun dan budaya. Kemunduran Utsmani dimulai ketika wafatnya sultan
Sulaiman al-Qoruni tahun 1566 M.
2. Kerajaan
Syafawi berdiri sejak 1503-1722 M. Kerajaan Syafawi berasal dari sebuah gerakan
tarekat Syafawiyah, yang didirikan di Ardabil. Nama Syafawiyah diambil dari
nama pendirinya, Syafi al-Din. Nama Syafawi itu terus dipertahankan sampai tarekat
ini menjadi gerakan politik, bahkan hingga gerakan ini berhasil mendirikan
kerajaan. Hasil peradaban kerajaan Syafawi meliputi bidang ekonomi, ilmu
pengetahuan, bagunan fisik dan seni. Kemunduran Syafawi berturut-turut
sepeninggal Abbas I.
3. Kerajaan
Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur (1526 - 1530 M). dan Peradaban yang
diukir oleh kerajaan Mughal yakni pada bidang ekonomi, seni, dan ilmu
pengetahuan. Kemunduran Kerajaan Mughal disebabkan karena terjadi strategi
dalam pembinaan kekuatan, kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit
politik, pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan
ide-idenya, semua pewaris tahta kerajaan adalah orang yang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
B.
Saran
Tentunya
makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kririk dan sarannya dari berbagai pihak manapun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dan mudah-mudahan dapat dijadikan referensi untuk menambah khasanah keilmuan
kita. Amin…
DAFTAR PUSTAKA
07
Januari 2014
Badri
Yatim. Sejarah Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
2004.
Syukur,
Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang
Yatim,
Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar